Kisah Inspiratif : Seorang Istri yang Tangguh



Saya pernah jatuh bangkrut. Semua habis. Dengan pengalaman saya dibidang International trade dan marketing, banyak perusahaan besar atau teman teman yang menawarkan saya bekerja dengan gaji besar. Tapi saya menolak dan saya tahu bahwa istri adalah orang pertama yang akan sedih kalau saya bekerja. Karena dia tahu dunia saya bukan dunia yang diatur orang lain.”Jangan kamu lakukan sesuatu kalau kamu tidak nyaman. Soal saya dan anak anak tidak perlu dipikirkan. Saya akan menjaga anak anak dan kamu tenang saja. Kita bisa mulai dari nol lagi. Jangan berhenti berusaha..keluarlah rumah..temui siapa saja yang memungkinkan bisa membantu kamu untuk kembali bangkit..” Kata kata ini tak pernah saya lupa..

Bangkit? Bagaimana bisa bangkit? Saya tidak punya peluang yang bisa dilakukan. Semua buntu. Karena keadaan ekonomi pemerintah semakin sulit, Tight money policy. Saya tetap keluar rumah. Naik bus kemana mana. Setiap hari saya duduk diloby hotel tanpa tahu apa yang harus saya lakukan. Setiap hari saya bertemu teman teman yang bisnisnya bagus. Namun karena mereka tahu saya bangkrut ..mereka hanya say hallo. Tak ada niat mereka untuk berbicara banyak dengan saya. Inilah bisnis.Sangat keras. Ketika anda kehilangan resource maka siapapun yang tadi teman tawa akan menghindari anda. Ingat nasehat Ayah saya: “Jangan percaya kepada uang tapi percayalah kepada Tuhan. Karena kalau kamu bangkrut maka teman akan pergi namun Tuhan selalu ada untuk kamu..” Saya sadar itu. Saya tidak mengeluh karenanya. Dan saya tidak akan mengemis kepada siapapun. Kecuali kepada Tuhan..


Delapan bulan saya lewati dengan berat. Tanpa penghasilan dan setiap hari istri saya memberi saya uang saku hanya cukup untuk pulang dan pergi. Saya harus puasa makan siang setiap hari. Setiap hari. Saya yakin saya akan baik baik saja. Karena setiap hari pulang istri saya selalu menyambut didepan pintu rumah dengan senyum indah. Setiap malam dia mendengar cerita kegundahan saya dan menghibur saya untuk tidak boleh menyerah. Saya tahu setiap hari istri saya harus jual baju kreditan dengan mengambil baju dari Tanah Abang. Itulah penghasilan keluarga kami.. Lebaran kami tidak punya apa apa. Anak anak tetap ceria. Kami pergi ke Ancol membawa anak liburan dengan membawa bekal dari rumah berisi telur rebus dan nasi putih. Kami hanya memandang laut dengan beralaskan tikar.. Putra sulung saya menunjuk hotel Horizon: “Pa tahun lalu kita masuk dupan karena kita tinggal di hotel itu..” Rasanya saya ingin menangis.. Saya merasa gagal sebagai ayah.Tapi istri saya menjawab tangkas “Tahun besok kita akan lebaran lagi disana..ya. Doakan papa ya”

Suatu saat saya sedang beristirahat di hotel Regend. Sambil mengeringkan baju karena keringat akibat berjalan kaki dari Halte bus Arthaloka. Teman lama saya datang menghampiri saya. Dia menanyakan bisnis saya. Saya jawab dengan jujur bahwa saya tidak punya business. Lama dia memandang saya. Sambil menggelengkan kepala tanda tidak percaya akhirnya dia memberikan bebarapa dokumen. Dia minta saya mendapatkan sumber pembiayaan untuk proyek pengadaan barang pemerintah. Pemerintah tidak memberi uang tapi memberi fasilitas kredit ekport dalam bentuk trade financing. Saya sanggupi akan mengurusnya tapi saya tidak punya uang untuk follow up. Tanpa bertanya lebih jauh alasan saya, teman ini langsung memberi USD 15,000 sambil berkata ” Laporin saya ya perkembangannya”, dia langsung berlalu.

Kemana saya akan mendapatkan sumber pembiayaan? Kalaulah didalam negeri ada sumber dana tentu teman ini bisa lakukan tanpa saya.. Kemana? Saya putuskan terbang ke Hongkong. Saya tahu bahwa Hongkong adalah financial center dan outlet financial resource. Ada banyak lembaga keuangan kelas dunia disana. Dengan baca bimillah saya putuskan terbang ke Hongkong.Tapi siapa yang harus saya hubungi di Hongkong.?Saya tidak punya financial network. Reputasi, NOL. Tapi saya ingat pesan istri saya “Tidak perlu buat saya senang tapi buatlah anak anakmu bangga. Mereka butuh kamu..” Saya harus melewati ketidak pastian yang berat ini.. Saya hanya bisa berdoa.. Hanya Tuhan tempat saya bersandar..

Sesampai di Hong kong saya menginap di hotel murahan. Setiap hari saya keliling door to door mendatangi semua lembaga keuangan yang bekantor di kawasan financial center. Semua menolak sebelum mereka membaca proposal saya. Selama seminggu di Hongkong saya hanya makan malam tanpa sarapan pagi dan makan siang. Hari ke 10 di Hongkong, ketika saya istirahat di subway sambil menahan lapar. Seseorang menegur saya. Saya kenal yang menegur itu. Dia warga negara Taiwan yang saya kenal dua tahun lalu sabagai salesman mesin pabrik. Dia bercerita bahwa dia tida lagi sebagai salesman pabrikan tapi sebagai salesman Asuransi dilembaga keuangan milik taiwan ( CMI/Clinical medical corporation). Saya juga sampaikan bahwa saya dalam keadaan bangkrut namun ada peluang mencari sumber pembiayaan proyek pengadaan barang pemerintah. Saya serahkan dokumen dan dia nampak tertarik. Dia berjanji akan gunakan networknya untuk menolong saya. Saya tidak tahu apakah dia bisa menolong namun itulah satu satunya harapan saya.. Semoga saja

Malamnya dia telp kekamar hotel bahwa dia minta saya datang ke kantornya dikawasan financial center. Saya sanggupi. Ketika sesampai dikantornya sudah ada tiga orang dalam ruang meeting. Salah satu yang hadir adalah direktur Bank terkemuka didunia dan insurance provider. Mereka meyakinkan akan membiayai proyek tersebut asalkan saya bisa mengundang Pihak pemerintah dan Pejabat BI sebagai guarantor. Hal ini saya sampaikan kepada teman di Jakarta. Teman ini menyanggupi.Memastikan keesokan paginya mereka akan datang ke Hongkong. Benarlah..keesokannya mereke sudah ada diruang meeting bank yang akan menjadi fund provider. Seminggu menyelesaikan paper work, kredit cair. Saya pulang ke jakarta bersama rombongan teman itu. Didalam pesawat saya kembalikan sisa uang ditangan saya. Teman itu meminta saya simpan saja uang itu. Saya senang sekali. Inilah penghasilan pertama saya setelah 9 bulan bangkrut.

Kami mampir di singapore untuk bicara dengan pihak vendor untuk pengadaan barang. Saya tidak lagi terlibat dalam urusan ini. Saya hanya menunggu di Hotel. Saya telp istri bahwa saya dapat USD 10,000 sebagai komisi. Terdengar istri saya berbicara sambil menahan tangis dan meminta anak anak saya bicara dengan saya. Karena mereka merindukan saya. Malamnya teman saya datang kekamar dengan membawa bukti transfer uang sebesar USD 800,000 ke rekening saya, sambil berkata: “Ini komisi kamu. Maaf saya baru bisa kasih setengahnya.Lusa saya kasih lagi USd 800.000.Terimakasih sudah menyelamatkan bisnis saya.” Saya sempat bengong.. Walau tidak ada kontrak tapi teman itu menepati commitment. Inilah ciri khas pengusaha sejati..

Saya pulang kerumah dan saya perlihatkan kepada istri bahwa saya dapat komisi sebesar USD 1,6 juta.istri saya tidak nampak bahagia. Dia hanya berwudhu dan sujud syukur kepada Allah. Kami telah berhasil melewati episode tersulit dalam rumah tangga kami dan kami melewatinya tanpa berkeluh kesah dan tetap tidak ada pesta kemenangan karena perjalanan hidup masih panjang Karenanya saya tetap melewati hidup dengan rendah hati. Saya percaya bahwa semua pemberian Tuhan…

Pesan moral: Jangan pernah berhenti bergerak karena dengan bergerak anda punya harapan.Teruslah bekerja keras dalam kesabaran dan ketika mendapat jangan lupakan Tuhan.. Berbagilah selalu..

sumber : arifa m. untoro

Back To Top