Seorang kakek tua yang dikenal dengan nama Nur Khalid kini menjadi perhatian publik setelah kisah hidupnya beredar di jejaring sosial media. Kakek tua yang punggungnya sudah bungkuk ini diketahui umurnya sudah sekitar satu abad.
Dan untuk terus bertahan hidup , Nur Khalid tak berhenti menyerah untuk terus mengais rejeki dari abu gosok yang dijualnya di emperan jalan.
Di usia yang sudah renta ini , kakek Khalid mengakui tak mau menyusahkan orang lain apalagi menyusahkan ketujuh anaknya.
“Anak saya tujuh, semua sekolah. Alhamdulillah ada yang jadi guru, jadi ustaz. Alhamdulillah, segalanya kan memang Allah yang menentukan,” ucap Khalid .
“Masing-masing saja, soalnya mereka juga punya tanggung jawab membiayai anak-anaknya sekolah, punya kepentigan dan kebutuhan mereka. Jadi mereka punya tanggung jawab sama anaknya yang harus sekolah dan ngaji. Enakan tinggal sendiri, masing-masing,” papar Khalid.
Walaupun anaknya sudah hidup mapan, tapi kakek Khalid lebih memilih untuk mengais rejeki sendiri sesuai dengan kemampuannya. Sudah lebih dari 40 tahun Khalid berkeliling menjual abu gosok.
“Udah lebih dari 40 tahun saya jual beginian (abu gosok),” ujarnya.
Kakek Khalid yang katanya umurnya sudah 101 tahun ini masih kuat mendorong gerobak yang berisi belasan kilo gram abu gosok dagangannya. Khalid setiap hari berkeliling mencari pembeli, tanpa hari libur seperti pegawai negeri.
Soal Penghasilan
Saat ditanya soal penghasil perharinya , Khalid tampak segan menyebutkannya . Sebab , rejeki yang dihasilkannya tak selalu tetap.
“Jangan ditanya masalah itu (dapat berapa) dah, sebab tempo (kadang, red) dikit, tempo gede, tempo kecil, jadi kagak bisa menentuin sehari dapat berapa, ya kira-kira Rp 50 palingan,” ucapnya dengan suara yang agak samar.
Khalid tidak membuat abu gosok sendiri, namun ia membelinya dari pemasok. Dia hanya menjajakannya.
Dan hasil jualan abu gosoknya itulah yang bisa membuat dirinya bertahan hidup bahkan bisa digunakan untuk membayar kontrakan.
Selama ini , Khalid tinggal sendiri di kontrakan kecil seharga Rp150 perbulan yang terletak di Tanggerang Selatan. Sementara itu, istrinya tinggal di kampung halamannya, di Batu Jaya, Bekasi. Istri khalid yang kini menjadi tanggung jawabnya adalah istri kedua. Istri pertamanya sudah lebih dulu ke alam baka, kalah sama usia.
“Istri pertama saya meninggal, ya yang punya anak tujuh itu. Ini istri kedua, ga punya keturunan. Saya cari nafkah ya untuk keluarga di rumah. Kalau gak ngirimin ya pulang aja sendiri, karena kadang kan 10 hari pulang, 15 hari pulang,” katanya sambil melayani ibu-ibu pembeli.
Keyakinan pada Sang Khalik
Di usia yang sudah seabad ini , Khalid hanya percaya bahwa Allah sudah mengatur semuanya, termasuk rejeki.
“Daripada percaya sesama manusia, lebih bagus kita percaya sama Allah. Karena Allah yang memberi rejeki dan segala-galanya. Satu hari dapat rejeki ya alhamdulillah, besar ya alhamdulillah,” ucapnya.
Bagi Khalid, rejeki wajib diperoleh melalui jalan yang halal dan diterima dengan syukur.
“Untuk makan sehari-hari kan yang halal yang kita makan, ya terima aja keadaannya. Kalau mau dibilang orang bener, bapak ini masih belum bener, karena bener tidaknya manusia Allah yang menentukan, bukan kita. Kalau Allah mengatakan bener ya bener, kalau Allah mengatakan itu salah ya jelas itu salah,” tegas Khalid.
Khalid yakin, nasib seseorang sudah Allah tentukan. Khalid selalu ikhlas menerima keadaan yang ada pada dirinya.
“Allah-lah Yang Benar segala-galanya. Kita yakin Allah yang memberi kita hidup di dunia ini. Nasib, semua Allah yang nentuin, rejeki dari mana? dari Allah kan. Cukup rejeki Allah, ya Alhamdulillah, ga cukup ya Alhamdulillah, kita mah menerima apa adanya,” ucap Khalid penuh ikhlas, seperti yang dilansir dari rimannews.com (16/11).
Dan untuk terus bertahan hidup , Nur Khalid tak berhenti menyerah untuk terus mengais rejeki dari abu gosok yang dijualnya di emperan jalan.
Di usia yang sudah renta ini , kakek Khalid mengakui tak mau menyusahkan orang lain apalagi menyusahkan ketujuh anaknya.
“Anak saya tujuh, semua sekolah. Alhamdulillah ada yang jadi guru, jadi ustaz. Alhamdulillah, segalanya kan memang Allah yang menentukan,” ucap Khalid .
“Masing-masing saja, soalnya mereka juga punya tanggung jawab membiayai anak-anaknya sekolah, punya kepentigan dan kebutuhan mereka. Jadi mereka punya tanggung jawab sama anaknya yang harus sekolah dan ngaji. Enakan tinggal sendiri, masing-masing,” papar Khalid.
Walaupun anaknya sudah hidup mapan, tapi kakek Khalid lebih memilih untuk mengais rejeki sendiri sesuai dengan kemampuannya. Sudah lebih dari 40 tahun Khalid berkeliling menjual abu gosok.
“Udah lebih dari 40 tahun saya jual beginian (abu gosok),” ujarnya.
Kakek Khalid yang katanya umurnya sudah 101 tahun ini masih kuat mendorong gerobak yang berisi belasan kilo gram abu gosok dagangannya. Khalid setiap hari berkeliling mencari pembeli, tanpa hari libur seperti pegawai negeri.
Soal Penghasilan
Saat ditanya soal penghasil perharinya , Khalid tampak segan menyebutkannya . Sebab , rejeki yang dihasilkannya tak selalu tetap.
“Jangan ditanya masalah itu (dapat berapa) dah, sebab tempo (kadang, red) dikit, tempo gede, tempo kecil, jadi kagak bisa menentuin sehari dapat berapa, ya kira-kira Rp 50 palingan,” ucapnya dengan suara yang agak samar.
Khalid tidak membuat abu gosok sendiri, namun ia membelinya dari pemasok. Dia hanya menjajakannya.
Dan hasil jualan abu gosoknya itulah yang bisa membuat dirinya bertahan hidup bahkan bisa digunakan untuk membayar kontrakan.
Selama ini , Khalid tinggal sendiri di kontrakan kecil seharga Rp150 perbulan yang terletak di Tanggerang Selatan. Sementara itu, istrinya tinggal di kampung halamannya, di Batu Jaya, Bekasi. Istri khalid yang kini menjadi tanggung jawabnya adalah istri kedua. Istri pertamanya sudah lebih dulu ke alam baka, kalah sama usia.
“Istri pertama saya meninggal, ya yang punya anak tujuh itu. Ini istri kedua, ga punya keturunan. Saya cari nafkah ya untuk keluarga di rumah. Kalau gak ngirimin ya pulang aja sendiri, karena kadang kan 10 hari pulang, 15 hari pulang,” katanya sambil melayani ibu-ibu pembeli.
Keyakinan pada Sang Khalik
Di usia yang sudah seabad ini , Khalid hanya percaya bahwa Allah sudah mengatur semuanya, termasuk rejeki.
“Daripada percaya sesama manusia, lebih bagus kita percaya sama Allah. Karena Allah yang memberi rejeki dan segala-galanya. Satu hari dapat rejeki ya alhamdulillah, besar ya alhamdulillah,” ucapnya.
Bagi Khalid, rejeki wajib diperoleh melalui jalan yang halal dan diterima dengan syukur.
“Untuk makan sehari-hari kan yang halal yang kita makan, ya terima aja keadaannya. Kalau mau dibilang orang bener, bapak ini masih belum bener, karena bener tidaknya manusia Allah yang menentukan, bukan kita. Kalau Allah mengatakan bener ya bener, kalau Allah mengatakan itu salah ya jelas itu salah,” tegas Khalid.
Khalid yakin, nasib seseorang sudah Allah tentukan. Khalid selalu ikhlas menerima keadaan yang ada pada dirinya.
“Allah-lah Yang Benar segala-galanya. Kita yakin Allah yang memberi kita hidup di dunia ini. Nasib, semua Allah yang nentuin, rejeki dari mana? dari Allah kan. Cukup rejeki Allah, ya Alhamdulillah, ga cukup ya Alhamdulillah, kita mah menerima apa adanya,” ucap Khalid penuh ikhlas, seperti yang dilansir dari rimannews.com (16/11).
Tag :
Kisah Haru